“Hikmahnya yaitu merasakan betapa indahnya berbagi dengan sesama, tentu kalian hadir disini karena kita semua ingin berbagi kekurangan atau dengan kata lain kita berteman karena kekurangan sehingga saling melengkapi, kemudian hikmah lain yang kusukuri yaitu tidak membeli (cicil ) rumah.” Kata Ardi.
-------------------------------------------------------------------
Anggota Dewan “Aneh”
Kemarin pagi Minggu(16/2) saya ditelpon seorang teman untuk main-main kerumahnya seorang Anggota DPRD Makassar dari PDIP(Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) Ir Stepanus Swardi Hiong di Jl ,Andi Mangerangi , Lorong III/156 Makassar.
Saat saya tiba disitu, sudah ada beberapa orang yang lagi asik berbincang-bincang tentang situasi politik terkini ditingkat regional maupun nasional dengan pemilik rumah, sebagai tamu yang baru tiba tentu memilih sebagai pendengar yang baik saja.
“Tinggal menghitung hari, hajatan demokrasi nasional aroma persaingan politik semakin terasa, tim sukses mengatur strategi , elit politik pun mulai sibuk menata penampilan.”
“ Pemilu silih berganti, namun masyarakat kehilangan haknya dibidang pendidikan politik. Seharusnya masyarakat disuguhi politik idiologi yaitu politik pertarungan gagasan dan ide agar muncul kepemimpinan yang bisa diandalkan kecerdasannya terlebih moralitasnya, sayangnya harapan itu tergerus, yang muncul di ruang publik justru politik transaksional” urai Bang Ardi, demikian nama sapaan akrab Stepanus Swardi Hiong.
Menurut Ardi “Sadar atau tidak, sebagai anak bangsa kita semua punya andil dalam sistim simbiosis mutualisme antara pemilih dan yang dipilih, bukan dalam arti kerja sama yang menguntungkan akan tetapi saling memanfaatkan atau saling menggadaikan”.
“C aleg manfaatkan masyarakat, masyarakatpun memanfaatkan caleg, mediumnya macam-macam, bisa satu liter atau dua liter beras dan gula pasir. Sehingga fakta hari ini menunjukan, muara dari simbiosis seperti itu suara rakyat terbelenggu, wakil rakyatpun tergadai idialisme”, Ardi.
Jangan Lagi Jadikan Kemiskinan Sebagai Komoditas
Lanjut Ardi “ Pemilu 9 April 2014 nanti, sesuai daftar caleg DPR pusat seluruh Indonesia 6.608 perebutkan 560 kursi untuk 77 dapil menggambarkan begitu ketatnya persaingan, begitu juga pertarungan di Provinsi Sulawesi Selatan karena , 288 caleg DPR RI dari tiga dapil di Sulsel akan bersaing memperebutkan jatah 24 kursi DPR RI di Senayan”.
“Persaingan memperebutkan 24 kursi tersebut dipastikan sengit, hal itu dapat dilihat dari nama-nama politisi yang dimunculkan partai politik (parpol), namun saya berharap agar sesengit apapun, pemilu kali ini jadi awal demokrasi yang sehat, harus diakhiri politik transaksional”, ujar Ardi.
Saya pun mengajukan pertanyaan konsep apa yang ditawarkan kepada masyarakat, Ardi mengatakan, “Berbekal pengalaman sebagai anggota DPRD Makassar selamah kurang lebih 5 tahun maka, untuk menujuh Senayan saya jual konsep kepada masyarakat.
Media yang dipergunakan yaitu brosur berisi 7 visi misi dan, 7 alasan mengapa masyarakat harus memilih, tujuan Pertama, agar masayarakat mengetahui siapa dan, apa yang akan dilakukan kelak andaikata Yang Maha Kuasa menghendaki saya jadi salah satu wakil masyarakat Sulsel di Senayan.
“Kedua , masyarakat harus mengetahui secara benar apasaja haknya, dan apapula kewajiban sebagai warga Negara." “Maka setiap kesempatan selalu saya sampaikan agar masyarakat harus mengerti kalau politik transaksional terus dipelihara maka yang rugi masyarakat karena, bilamana caleg, atau pimpinan daerah apakah itu bupati, walikota maupun gubernur menjabat sudah bisa dipastikan akan mencari kembali modalnya.”
“Berbagai carapun bisa ditempuh, misalnya membuat program untuk masyarakat miskin namun, fakta hari ini orang miskin di Indonesia jumlahnya tidak berkurang baik kuantitas maupun kualitas.”
Ketika salah satu tamu menanyakan apa hikmah selama mengabdi sebagai anggota DPRD, kemudian apa harapan dengan sisa waktu pengabdian.
Ardi mengatakan, “Hikmahnya yaitu merasakan betapa indahnya berbagi dengan sesama, tentu kalian hadir disini karena kita semua ingin berbagi kekurangan atau dengan kata lain kita berteman karena kekurangan sehingga saling melengkapi, kemudian hikmah lain yang kusukuri yaitu tidak membeli (cicil ) rumah.”
“Untungnya menyicil mobil sehingga banyak masyarakat yang meminjam kalau ada keperluan, entah dalam kota maupun luar kota, kalau rumah sudah pasti hanya kami sekeluarga yang nikmati.
Kemudian kalau boleh berharap semua dana yang dialokasikan untuk orang miskin dimaksimalkan pemanfaatannya, jangan lagi kemiskinan dijadikan sebagai komoditas,”harap Ardi.
Pada saat mendengar apa yang disampaikan Ardi, dalam hatiku bergumam Subhanallah (Maha Suci Allah dengan segalah kebesaran –Nya). Ternyata masih ada hambamu yang kebetulan anggota dewan dengan cara berpikir seperti ini, padahal sekarang ia tinggali di rumah kontrakan.
Kita pun telah disuguhi pemberitaan diberbagai media tentang prilaku anggota dewan yang demi memenuhi nafsu keserakahannya, menghalalkan segalah cara, akibatnya kemiskinan dan kemelaratan menimpah masyarakat kecil.
Walaupun bangsa ini lagi dirasuki faham Hedonisme(kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup)disemua stara masyarakat, akan tetapi masih ada harapan karena masih anggota dewan yang hati mulia seperti Ardi.
Dalam ruang hati yang paling dalam, saya berharap kiranya pemilihan legeslatif 9 April nanti akan hadir lebih banyak anggota dewan yang berpikiran serta berprilaku seperti, Ardi.(Muhammad Said Welikin)
Karena kekurangnlah kita berteman untuk saling melengkapi
BalasHapustrims prof....
Hapus